Search This Blog

Kamis, 16 April 2009

Penyakit Sosial: Hidup dengan suatu Cacat tanpa menjadi Sakit (Perspektif Filsafat Sosial)

Penyakit Sosial:
Hidup dengan suatu Cacat tanpa menjadi Sakit
 (Perspektif Filsafat Sosial)
Oleh: Listiyono Santoso

Pengantar
Dunia kita saat ini berada pada situasi moral yang upredictable; tidak disangka-sangka. Tidak pernah ada manusia yang sanggup memprediksikan bentuk masa depan dari moralitas manusia. Nilai tradisional yang dulu di’sakral’kan dan dimuliakan sebagai prinsip etik kini mulai dipertanyakan satu persatu kebenarannya. Situasi dunia kita –saat ini- seolah membawa kita untuk

Pendidikan, Realitas Sosial dan Ke(tidak)sadaran (Bersama) Multikultural

Pendidikan, Realitas Sosial
dan Ke(tidak)sadaran (Bersama) Multikultural
Oleh: Listiyono Santoso

Keragaman yang Menjadi Masalah
 Lima tahun lebih negeri ini terperangkap dalam jeratan krisis multidimensi. Krisis yang telah medegradasikan secara menyeluruh kualitas hidup bangsa, tanpa ada kepastian kapan akan berakhir. Ironisnya, menurut Musa Asy’arie (Kompas, 4/4/2001) jeratan itu makin kencang, karena ternyata

Penguatan Identitas ke-Indonesia-an:

Penguatan Identitas ke-Indonesia-an:
Mendayung di Antara Lokalisme dan Globalisme
Oleh: Listiyono Santoso

Bermula dari Optimisme Perubahan
Awalnya, ketika umat manusia begitu tercengang dengan keberhasilan revolusi industri di Inggris abad ke-18 yang menimbulkan gelombang optimisme lahirnya dunia baru bagi umat manusia. Optimisme akan kemajuan umat manusia berdasarkan keberhasilan teknologi industri. Optimisme ini diberangkatkan dari paradigma positivisme (sosial) bahwa masyarakat adalah suatu ORDE ; suatu susunan yang tetap dan